Pergi dan Berdamai Dulu
(Matius 5:23-24)
Keinginan
dan kerelaan dengan berbesar hati untuk berdamai sesungguhnya merupakan hikmat
yang langsung berasal dari atas. Yakobus mengingatkan itu: "Tetapi hikmat
yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,
penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak
munafik." (Yakobus 3:17). Oleh sebab itulah dikatakan bahwa bagi orang
yang cinta damai akan selalu berbuah kebenaran. "Dan buah yang terdiri
dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai."
(ay 18). Jika kita mementingkan ego, itu artinya kita menolak atau mengabaikan
hikmat yang berasal dari Tuhan. Dengan jelas Yesus sudah berkata bahwa menolak
untuk berdamai akan menghalangi persembahan seperti apapun yang kita berikan
kepadaNya. Dalam hal mengampuni pun sama. Yesus juga mengingatkan: "Dan
jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu
dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni
kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25).
Jadi jelas,
meminta maaf dan memaafkan itu sama-sama penting untuk menghancurkan tembok
penghalang antara kita dengan Tuhan. Apabila masalah mengaku bersalah dan
meminta maaf atau berdamai di mata Tuhan sungguh penting, mengapa kita harus
menomorduakan hal itu dan lebih memilih untuk mementingkan ego, wibawa atau
harga diri pribadi kita? Jika ada di antara teman-teman tengah mengalami sebuah
hubungan yang rusak karena suatu kesalahan yang pernah anda buat atau katakan,
ini saatnya untuk mengambil inisiatif. Datangi mereka dan mintalah maaf.
Perbaiki segera hubungan itu, berdamailah saat ini juga, sebelum hubungan anda
semakin terputus dengan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar